"Jembatan Lengkung Beton Pager Ukir
“ Harapan dan Impianku “
“ Harapan dan Impianku “
Tinggal dan hidup didaerah terpencil yang jauh dari keramaian kota dan jauh dari sentuhan tekhnologi bukanlah sesuatu yang mudah. Dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka harus menempuh jarak berkilo meter. Bahkan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Adalah dusun Miri, merupakan daerah terpencil yang terletak di perbatasan Desa Mlinjon dengan daerah Kecamatan Dongko. Dengan jumlah penduduk sekitar 1.603 jiwa yang 70 persen termasuk dalam kategori Rumah Tangga Miskin ( RTM ), rata-rata mata pencaharian mereka hanya bertani dan buruh tani. Merupakan daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang masih sulit dijangkau, membuat daerah tersebut sulit untuk berkembang. Rendahnya tingkat pendidikan, sumber daya manusia dan perekonomian karena pola pikir sebagian besar masyarakat disini masih tradisional menyebabkan daerah ini termasuk daerah tertinggal.
"Cikal Bakal dibangunnya Jembatan Pager Ukir dikarenakan sarana transportasi di daerah ini belum berjalan dengan baik. Hal ini sangat menyulitkan masyarakat dusun Miri dan sekitarnya untuk berhubungan dengan dusun-dusun lainnya. Mungkin karena alasan ini pula banyak anak-anak usia sekolah yang hanya mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar saja. Karena di daerah ini masih minim sekolah-sekolah dan juga tenaga pengajar. Jadi untuk melanjutkan ke sekolah-sekolah lanjutan mereka harus menempuh jarak yang sangat jauh. Tidak ada jalan alternatife yang lain untuk memperpendek jarak tempuh. Kalaupun ada itu harus ditempuh dengan berjalan kaki dan menyeberangi sungai. Mungkin karena alasan efisiensi waktu dan biaya inilah membuat anak-anak malas pergi kesekolah. Jelas hal ini sangat menghambat program-program pemerintah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Dengan rendahnya tingkat pendidikan dan sumber daya manusia tentunya masyarakat didaerah ini sulit untuk meningkatkan kesejahteraanya. Dari penghasilan mereka yang rata-rata hanya petani dan buruh tidaklah cukup untuk membiayai kebutuhan hidup mereka yang besar. Kondisi ini memang sangat memprihatinkan. Sangat ironis dengan tujuan pemerintah untuk pemerataan pembangunan di segala bidang.
Melihat hal ini ada seorang tokoh masyarakat di dusun Miri tepatnya di RT. 35, RW. 09 yang merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di daerahnya. Adalah Hermanto, 51 tahun seorang guru yang kemudian mempunyai gagasan untuk memajukan daerahnya dan bisa mengejar ketertinggalannya dengan daerah-daerah lain.. Pertama kali yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana caranya membuka akses dengan dusun-dusun di daerah lain. Bagaimana supaya jarak dan kondisi jalan bukanlah menjadi kendala lagi untuk mereka berkembang.
Berawal dari pengalamannya ketika menyekolahkan anaknya di Suruh, untuk mencapai sekolah tersebut harus menempuh jarak yang sangat jauh. Sedangkan satu-satunya jalan yang lebih dekat dengan sekolah harus ditempuh dengan berjalan kaki dan menyeberangi sungai. Itupun hanya merupakan jalan setapak yang masih berupa pematang sawah. Kondisi ini mungkin tidak menjadi masalah ketika berada pada musim kemarau,tapi akan menjadi masalah yang besar ketika musim penghujan tiba. Karena di sungai tersebut tidak ada jembatan sebagai sarana penyeberangan. Otomatis mereka merasa kesulitan untuk pergi ke sekolah. Mereka harus menunggu sampai sungai surut dulu untuk bisa menyeberangi sungai. Bahkan kadang-kadang lebih memilih untuk tidak masuk sekolah. Sekitar 11 tahun yang lalu tepatnya tahun 1998, Hermanto mempunyai gagasan untuk membuat jembatan sebagai sarana penyeberangan di sungai itu. Karena bukan hanya anak-anak sekolah saja yang memanfaatkan jembatan itu. Banyak juga penduduk disekitar situ yang memanfaatkan jalan tersebut untuk pergi ke pasar guna menjual hasil pertanian mereka. Selain dari sektor pendidikan dan ekonomi masyarakat disana juga sangat kesulitan dalam bidang peningkatan kesehatan. Karena di dusun Miri belum ada sarana pelayanan kesehatan yang memadai. Bahkan tenaga kesehatanpun belum ada. Sulit dibayangkan,bagaimana mereka dapat hidup dengan layak sedangkan beberapa sarana vital seperti sarana transportasi,pendidikan dan juga kesehatan yang seharusnya bisa menunjang kehidupan mereka sehari-hari tidak mereka dapatkan. Ketika ada penduduk yang sakit mereka harus berobat ke daerah lain yang memang sudah ada tenaga kesehatan disana. Itupun harus mereka tempuh dengan berjalan kaki. Bahkan untuk segera memberikan pertolongan pertama kepada si sakit mereka harus membawanya dengan tandu. Selain karena tidak adanya sarana transportasi yang memadai mereka juga harus melewati sungai sebagai satu-satunya jalan yang harus mereka lewati untuk memperpendek jarak tempuh. Ini sekelumit tentang bagaimana sulitnya memenuhi kebutuhan hidup didaerah terpencil dimana masyarakatnya yang masih berpola pikir ala tradisional. Kebutuhan Masyarakat dan Kronologi berdirinya Jembatan Pager Ukir berawal dari seorang Hermanto. Namun bukan hal yang mudah untuk mewujudkan keinginannya karena gagasannya untuk membuat jembatan tidak mendapat dukungan yang berarti dari masyarakat sekitar. Mereka merasa pesimis bisa melakukannya. Apalagi berbagai usaha sudah mereka upayakan untuk bisa membangun jembatan yang menghubungkan dusun Miri-Selorejo tersebut. Sudah beberapakali masyarakat melalui pemerintah desa mengusulkan adanya pembangunan jembatan didaerah itu. Tapi hingga saat itu harapan mereka belum juga bisa terealisasi. Tapi tidak demikian dengan Hermanto. Dia selalu bersemangat bisa melakukannya. Dengan berbekal honornya sebagai kolektor pembayaran rekening listrik, Hermanto mulai mengumpulkan material. Mulai dari bambu dan perlengkapan-perlengkapan lain bahkan biaya-biaya untuk pekerja yang membantunya semua di biayai dengan uang pribadinya. Alhasil dengan semangatnya yang pantang menyerah jembatan bambu Hermanto sudah jadi dan sudah bisa dimanfaatkan. Anak-anak sekolah tidak lagi terlambat ke sekolah,para penduduk disekitar juga tidak lagi terhambat ketika ingin menjual hasil bumi ke pasar. Intinya masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya jembatan Pager Ukir untuk menunjang kegiatan hidup mereka sehari-hari.
Antusiasme masyarakat untuk bisa mebuat jembatan yang lebih baik sangatlah besar. Hal ini bisa dilihat dengan di bangunnya kembali jembatan itu 2 tahun kemudian. Jembatan bambu disempurnakan menjadi jembatan yang berbahan kayu dengan alasan supaya lebih kokoh. Jalan-jalan disekitar sungai yang tadinya masih berupa jalan setapakpun juga dilebarkan menjadi 2 meter. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan jembatan ini sebagai sarana transportasi. Akan tetapi karena bahan jembatan hanya dari kayu, jembatan itu tidak bisa bertahan lama. Pada tahun 2003 jembatan kayu tersebut ambruk.
Menyadari bahwa jembatan tersebut menjadi sebuah sarana yang vital untuk sarana transportasi akhirnya pada tahun 2004 penduduk antusias untuk memperbaiki jembatan tersebut. Terbukti untuk perbaikan jembatan kayu ini swadaya masyarakat sangat besar. Bukan hanya tenaga yang mereka sumbangkan tetapi juga biaya. Bahkan banyak dari mereka yang harus rela menjual hasil panennya utuk membiayai pembangunan jembatan tersebut. Untuk memperkuat jembatan masyarakat berinisiatif untuk membuat pondasi (antru ) di sisi-sisi jembatan. Jembatan ini memang bertahan agak lama, namun karena derasnya arus sungai antru yang mereka bangun untuk memperkuat jembatan tersebut ambruk. Dengan tetap sabar dan bersemangat mereka memperbaiki antru tersebut.
Pada tahun 2006 jembatan Pager Ukir mangalami perbaikan lagi. Jembatan kayu yang sampai sekarang masih dimanfaatkan penduduk sebagai satu-satunya jalan tembus antar dusun meskipun keadaanya belumlah layak. Untuk memperbaikinya tentu dibutuhkan biaya yang relative besar. Tapi mereka mempunyai harapan bahwa suatu saat mereka akan memiliki jembatan yang kokoh dan kuat. Harapan mereka mungkin akan tetap menjadi mimpi sebelum akhirnya pada tahun 2009 ada sosialisi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan. Dimana salah satu programnya adalah pembangunan sarana prasarana. Berawal dari proses Musyawarah antar Desa (MAD) sosialisasi dan Musyawarah Desa (MD) Sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan Penggalian Gagasan yang mana masyarakat memutuskan untuk pembangunan Jembatan Pager Ukir. Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya usulan tersebut ditetapkan dalam MD Perencanaan yang selanjutnya dinilai kelayakannya oleh Tim Verifikasi. Berangkat dari kemauan dan semangat yang tinggi masyarakat dusun Miri dan sekitarnya berusaha mewujudkan harapannya serta tingginya tingkat swadaya dari masyarakat dusun Miri dan sekitarnya akhirnya menggiring program pembangunan jembatan Pager Ukir ini menjadi prioritas utama dalam Musyawarah Antar Desa ( MAD ) Prioritas pada tanggal 06 Agustus 2009 di Kecamatan Suruh dilanjutkan MAD Penetapan usulan pembangunan jembatan pager ukir desa Mlinjon dinyatakan terdanai dengan alokasi dana Rp. 349.989.500,-Diawali dengan musyawarah bersama tentang persiapan pengerjaan jembatan antara TPK dan warga masyarakat. Dari musyawarah tersebut dihasilkan beberapa keputusan antara lain, pembentukan Tim Pemberdayaan ( Swadaya ) dan Tim Tehnis Pengerjaan Pekerjaan. Selanjutnya kegiatan-kegiatan teknis pengerjaan jembatan dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan, meliputi pembersihan lokasi, pengukuran areal proyek/jembatan, dan pembuatan gudang material serta bedeng kerja.
2. Pekerjaan Tanah, meliputi galian, striping dan timbunan ( urugan ).
3. Tahap Tiga, pengerjaan pondasi jembatan dan lantai kerja dengan beton bertulang. Serta dilanjutkan kolom struktur jembatan.
4. Tahap pengerjaan pemasangan batu belah, meliputi pasangan batu belah abutment jembatan, sayap jembatan dan talud jembatan.
5. Tahap pemasangan atau pengecoran plat lantai jembatan.
6. Tahap urugan badan jembatan.
7. Tahap pemasangan pagar jembatan.
8. Tahap finishing, meliputi strikkan, plesteran, pembongkaran begesting dan pembersihan lokasi.
Meskipun dengan berbagai rintangan dan halangan akhirnya Jembatan Lengkung Beton di Pager Ukir selesai dikerjakan sekitar pertengahan bulan Januari 2010. Kendala kondisi alam yang kurang bersahabat mengingat waktu pengerjaan dilaksanakan pada musim hujan tidaklah menyurutkan tekad mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Setelah proses pengerjaan selesai masyarakat sudah bisa memanfaatkan jembatan menjadi salah satu sarana vital penghubung antar dusun. Masyarakat dusun Miri dan sekitarnya menaruh harapan yang sangat besar demi sukses dan terlaksananya program yang didanai oleh PNPM-MPd tersebut. Hal ini sangat beralasan karena setelah adanya jembatan yang merupakan satu-satunya akses terdekat dengan dusun-dusun yang lain ini akan berdampak positif terhadap kemajuan khususnya dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dusun Miri dan sekitarnya pada khususnya serta masyarakat desa Mlinjon pada umumnya. Dengan adanya jembatan tersebut jelas efisiensi waktu dan biaya dapat lebih ditingkatkan lagi. Ketika masalah jarak dan waktu bukan lagi menjadi masalah utama bagi masyarakat disini diharapkan nantinya akan banyak anak-anak yang melanjutkan sekolahnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi sehingga sumber daya manusia dapat meningkat pula. Dengan banyaknya anak-anak yang berpendidikan tinggi nantinya akan ada generasi-generasi muda yang terampil yang akan membangun dan membawa dusun Miri dan sekitarnya menjadi daerah yang maju dan berkembang. Potensi alam akan dikelola dan didayagunakan dengan maksimal. Tentunya kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Para petani bisa meningkatkan hasil pertaniannya karena sudah diadakan penyuluhan-penyuluhan disana.
Pendar-pendar harapan sudah terlihat nyata di raut masyarakat dusun Miri dan sekitarnya. Mimpi-mimpi mereka akan segera menjadi kenyataan. Sebuah dusun kecil yang dulunya terisolir, untuk beberapa tahun kedepan diharapkan akan menjadi daerah yang ramai dan hidup. Karena potensi alam dikelola dengan baik oleh tenaga-tenaga yang terampil. Sebuah dusun yang mampu bangkit dan berkembang dari segala ketertinggalannya. Dan semua itu mungkin tidak akan pernah terwujud tanpa adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ini. Demi kesejahteran tersebut masyarakat terus berupaya menjaga dan melestarikan keberadaan jembatan impian itu. Bersamaan dengan pelaksanaan Musyawarah Desa Pertanggungjawaban Penggunaan Dana 40 % di rumah Bapak Warsito di dusun Miri dibentuk Tim Pelaksana Pemeliharaan Sarana Prasarana. Dalam Musyawarah Pertanggungjawaban Fasilitator Tehnik menjelaskan tentang pentingnya pemeliharaan terhadap sarana yang sudah dibangun dengan cara mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga jika ada kemungkinan terjadi kerusakan yang akan timbul. Masyarakatpun akhirnya memahami akan pentingnya pemeliharaan terhadap prasarana yang sudah di bangun tersebut.
Masyarakat dusun Miri, Selorejo dan sekitarnya benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat ketika kami Tim Pengelola Kegiatan mencoba meminta komentar dari masyarakat disekitar lokasi dimana Jembatan dibangun. Rata-rata mereka menyampaikan dukungan, ucapan terimakasih dan kebanggan luar biasa atas terlaksananya program Pembangunan Jembatan yang didanai oleh program PNPM-Mandiri Perdesaan ini. Ucapan tulus mereka menjadikan semangat bagi kami Tim Pengelola Kegiatan untuk bekerja dan memberikan segenap dedikasi kami untuk program PNPM-MPd ini.
Melihat hal ini ada seorang tokoh masyarakat di dusun Miri tepatnya di RT. 35, RW. 09 yang merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di daerahnya. Adalah Hermanto, 51 tahun seorang guru yang kemudian mempunyai gagasan untuk memajukan daerahnya dan bisa mengejar ketertinggalannya dengan daerah-daerah lain.. Pertama kali yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana caranya membuka akses dengan dusun-dusun di daerah lain. Bagaimana supaya jarak dan kondisi jalan bukanlah menjadi kendala lagi untuk mereka berkembang.
Berawal dari pengalamannya ketika menyekolahkan anaknya di Suruh, untuk mencapai sekolah tersebut harus menempuh jarak yang sangat jauh. Sedangkan satu-satunya jalan yang lebih dekat dengan sekolah harus ditempuh dengan berjalan kaki dan menyeberangi sungai. Itupun hanya merupakan jalan setapak yang masih berupa pematang sawah. Kondisi ini mungkin tidak menjadi masalah ketika berada pada musim kemarau,tapi akan menjadi masalah yang besar ketika musim penghujan tiba. Karena di sungai tersebut tidak ada jembatan sebagai sarana penyeberangan. Otomatis mereka merasa kesulitan untuk pergi ke sekolah. Mereka harus menunggu sampai sungai surut dulu untuk bisa menyeberangi sungai. Bahkan kadang-kadang lebih memilih untuk tidak masuk sekolah. Sekitar 11 tahun yang lalu tepatnya tahun 1998, Hermanto mempunyai gagasan untuk membuat jembatan sebagai sarana penyeberangan di sungai itu. Karena bukan hanya anak-anak sekolah saja yang memanfaatkan jembatan itu. Banyak juga penduduk disekitar situ yang memanfaatkan jalan tersebut untuk pergi ke pasar guna menjual hasil pertanian mereka. Selain dari sektor pendidikan dan ekonomi masyarakat disana juga sangat kesulitan dalam bidang peningkatan kesehatan. Karena di dusun Miri belum ada sarana pelayanan kesehatan yang memadai. Bahkan tenaga kesehatanpun belum ada. Sulit dibayangkan,bagaimana mereka dapat hidup dengan layak sedangkan beberapa sarana vital seperti sarana transportasi,pendidikan dan juga kesehatan yang seharusnya bisa menunjang kehidupan mereka sehari-hari tidak mereka dapatkan. Ketika ada penduduk yang sakit mereka harus berobat ke daerah lain yang memang sudah ada tenaga kesehatan disana. Itupun harus mereka tempuh dengan berjalan kaki. Bahkan untuk segera memberikan pertolongan pertama kepada si sakit mereka harus membawanya dengan tandu. Selain karena tidak adanya sarana transportasi yang memadai mereka juga harus melewati sungai sebagai satu-satunya jalan yang harus mereka lewati untuk memperpendek jarak tempuh. Ini sekelumit tentang bagaimana sulitnya memenuhi kebutuhan hidup didaerah terpencil dimana masyarakatnya yang masih berpola pikir ala tradisional. Kebutuhan Masyarakat dan Kronologi berdirinya Jembatan Pager Ukir berawal dari seorang Hermanto. Namun bukan hal yang mudah untuk mewujudkan keinginannya karena gagasannya untuk membuat jembatan tidak mendapat dukungan yang berarti dari masyarakat sekitar. Mereka merasa pesimis bisa melakukannya. Apalagi berbagai usaha sudah mereka upayakan untuk bisa membangun jembatan yang menghubungkan dusun Miri-Selorejo tersebut. Sudah beberapakali masyarakat melalui pemerintah desa mengusulkan adanya pembangunan jembatan didaerah itu. Tapi hingga saat itu harapan mereka belum juga bisa terealisasi. Tapi tidak demikian dengan Hermanto. Dia selalu bersemangat bisa melakukannya. Dengan berbekal honornya sebagai kolektor pembayaran rekening listrik, Hermanto mulai mengumpulkan material. Mulai dari bambu dan perlengkapan-perlengkapan lain bahkan biaya-biaya untuk pekerja yang membantunya semua di biayai dengan uang pribadinya. Alhasil dengan semangatnya yang pantang menyerah jembatan bambu Hermanto sudah jadi dan sudah bisa dimanfaatkan. Anak-anak sekolah tidak lagi terlambat ke sekolah,para penduduk disekitar juga tidak lagi terhambat ketika ingin menjual hasil bumi ke pasar. Intinya masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya jembatan Pager Ukir untuk menunjang kegiatan hidup mereka sehari-hari.
Antusiasme masyarakat untuk bisa mebuat jembatan yang lebih baik sangatlah besar. Hal ini bisa dilihat dengan di bangunnya kembali jembatan itu 2 tahun kemudian. Jembatan bambu disempurnakan menjadi jembatan yang berbahan kayu dengan alasan supaya lebih kokoh. Jalan-jalan disekitar sungai yang tadinya masih berupa jalan setapakpun juga dilebarkan menjadi 2 meter. Semakin banyak masyarakat yang menggunakan jembatan ini sebagai sarana transportasi. Akan tetapi karena bahan jembatan hanya dari kayu, jembatan itu tidak bisa bertahan lama. Pada tahun 2003 jembatan kayu tersebut ambruk.
Menyadari bahwa jembatan tersebut menjadi sebuah sarana yang vital untuk sarana transportasi akhirnya pada tahun 2004 penduduk antusias untuk memperbaiki jembatan tersebut. Terbukti untuk perbaikan jembatan kayu ini swadaya masyarakat sangat besar. Bukan hanya tenaga yang mereka sumbangkan tetapi juga biaya. Bahkan banyak dari mereka yang harus rela menjual hasil panennya utuk membiayai pembangunan jembatan tersebut. Untuk memperkuat jembatan masyarakat berinisiatif untuk membuat pondasi (antru ) di sisi-sisi jembatan. Jembatan ini memang bertahan agak lama, namun karena derasnya arus sungai antru yang mereka bangun untuk memperkuat jembatan tersebut ambruk. Dengan tetap sabar dan bersemangat mereka memperbaiki antru tersebut.
Pada tahun 2006 jembatan Pager Ukir mangalami perbaikan lagi. Jembatan kayu yang sampai sekarang masih dimanfaatkan penduduk sebagai satu-satunya jalan tembus antar dusun meskipun keadaanya belumlah layak. Untuk memperbaikinya tentu dibutuhkan biaya yang relative besar. Tapi mereka mempunyai harapan bahwa suatu saat mereka akan memiliki jembatan yang kokoh dan kuat. Harapan mereka mungkin akan tetap menjadi mimpi sebelum akhirnya pada tahun 2009 ada sosialisi tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan. Dimana salah satu programnya adalah pembangunan sarana prasarana. Berawal dari proses Musyawarah antar Desa (MAD) sosialisasi dan Musyawarah Desa (MD) Sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan Penggalian Gagasan yang mana masyarakat memutuskan untuk pembangunan Jembatan Pager Ukir. Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya usulan tersebut ditetapkan dalam MD Perencanaan yang selanjutnya dinilai kelayakannya oleh Tim Verifikasi. Berangkat dari kemauan dan semangat yang tinggi masyarakat dusun Miri dan sekitarnya berusaha mewujudkan harapannya serta tingginya tingkat swadaya dari masyarakat dusun Miri dan sekitarnya akhirnya menggiring program pembangunan jembatan Pager Ukir ini menjadi prioritas utama dalam Musyawarah Antar Desa ( MAD ) Prioritas pada tanggal 06 Agustus 2009 di Kecamatan Suruh dilanjutkan MAD Penetapan usulan pembangunan jembatan pager ukir desa Mlinjon dinyatakan terdanai dengan alokasi dana Rp. 349.989.500,-Diawali dengan musyawarah bersama tentang persiapan pengerjaan jembatan antara TPK dan warga masyarakat. Dari musyawarah tersebut dihasilkan beberapa keputusan antara lain, pembentukan Tim Pemberdayaan ( Swadaya ) dan Tim Tehnis Pengerjaan Pekerjaan. Selanjutnya kegiatan-kegiatan teknis pengerjaan jembatan dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan, meliputi pembersihan lokasi, pengukuran areal proyek/jembatan, dan pembuatan gudang material serta bedeng kerja.
2. Pekerjaan Tanah, meliputi galian, striping dan timbunan ( urugan ).
3. Tahap Tiga, pengerjaan pondasi jembatan dan lantai kerja dengan beton bertulang. Serta dilanjutkan kolom struktur jembatan.
4. Tahap pengerjaan pemasangan batu belah, meliputi pasangan batu belah abutment jembatan, sayap jembatan dan talud jembatan.
5. Tahap pemasangan atau pengecoran plat lantai jembatan.
6. Tahap urugan badan jembatan.
7. Tahap pemasangan pagar jembatan.
8. Tahap finishing, meliputi strikkan, plesteran, pembongkaran begesting dan pembersihan lokasi.
Meskipun dengan berbagai rintangan dan halangan akhirnya Jembatan Lengkung Beton di Pager Ukir selesai dikerjakan sekitar pertengahan bulan Januari 2010. Kendala kondisi alam yang kurang bersahabat mengingat waktu pengerjaan dilaksanakan pada musim hujan tidaklah menyurutkan tekad mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Setelah proses pengerjaan selesai masyarakat sudah bisa memanfaatkan jembatan menjadi salah satu sarana vital penghubung antar dusun. Masyarakat dusun Miri dan sekitarnya menaruh harapan yang sangat besar demi sukses dan terlaksananya program yang didanai oleh PNPM-MPd tersebut. Hal ini sangat beralasan karena setelah adanya jembatan yang merupakan satu-satunya akses terdekat dengan dusun-dusun yang lain ini akan berdampak positif terhadap kemajuan khususnya dibidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dusun Miri dan sekitarnya pada khususnya serta masyarakat desa Mlinjon pada umumnya. Dengan adanya jembatan tersebut jelas efisiensi waktu dan biaya dapat lebih ditingkatkan lagi. Ketika masalah jarak dan waktu bukan lagi menjadi masalah utama bagi masyarakat disini diharapkan nantinya akan banyak anak-anak yang melanjutkan sekolahnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi sehingga sumber daya manusia dapat meningkat pula. Dengan banyaknya anak-anak yang berpendidikan tinggi nantinya akan ada generasi-generasi muda yang terampil yang akan membangun dan membawa dusun Miri dan sekitarnya menjadi daerah yang maju dan berkembang. Potensi alam akan dikelola dan didayagunakan dengan maksimal. Tentunya kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Para petani bisa meningkatkan hasil pertaniannya karena sudah diadakan penyuluhan-penyuluhan disana.
Pendar-pendar harapan sudah terlihat nyata di raut masyarakat dusun Miri dan sekitarnya. Mimpi-mimpi mereka akan segera menjadi kenyataan. Sebuah dusun kecil yang dulunya terisolir, untuk beberapa tahun kedepan diharapkan akan menjadi daerah yang ramai dan hidup. Karena potensi alam dikelola dengan baik oleh tenaga-tenaga yang terampil. Sebuah dusun yang mampu bangkit dan berkembang dari segala ketertinggalannya. Dan semua itu mungkin tidak akan pernah terwujud tanpa adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ini. Demi kesejahteran tersebut masyarakat terus berupaya menjaga dan melestarikan keberadaan jembatan impian itu. Bersamaan dengan pelaksanaan Musyawarah Desa Pertanggungjawaban Penggunaan Dana 40 % di rumah Bapak Warsito di dusun Miri dibentuk Tim Pelaksana Pemeliharaan Sarana Prasarana. Dalam Musyawarah Pertanggungjawaban Fasilitator Tehnik menjelaskan tentang pentingnya pemeliharaan terhadap sarana yang sudah dibangun dengan cara mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga jika ada kemungkinan terjadi kerusakan yang akan timbul. Masyarakatpun akhirnya memahami akan pentingnya pemeliharaan terhadap prasarana yang sudah di bangun tersebut.
Masyarakat dusun Miri, Selorejo dan sekitarnya benar-benar merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat ketika kami Tim Pengelola Kegiatan mencoba meminta komentar dari masyarakat disekitar lokasi dimana Jembatan dibangun. Rata-rata mereka menyampaikan dukungan, ucapan terimakasih dan kebanggan luar biasa atas terlaksananya program Pembangunan Jembatan yang didanai oleh program PNPM-Mandiri Perdesaan ini. Ucapan tulus mereka menjadikan semangat bagi kami Tim Pengelola Kegiatan untuk bekerja dan memberikan segenap dedikasi kami untuk program PNPM-MPd ini.
Profil Perintis Jembatan Pager Ukir
Nama : Hermanto
Tempat Tanggal Lahir : Trenggalek, 1 Oktober 1958
Pekerjaan : PNS (Guru SD)
Alamat : RT 35, RW 09, Dusun Miri, Desa Mlinjon
Nama Istri : Paijem (47 th)
Nama Anak : 1. Tias Widayati (24 th)
2. Ardi Dharma Saputra (10 th)
Tempat Tanggal Lahir : Trenggalek, 1 Oktober 1958
Pekerjaan : PNS (Guru SD)
Alamat : RT 35, RW 09, Dusun Miri, Desa Mlinjon
Nama Istri : Paijem (47 th)
Nama Anak : 1. Tias Widayati (24 th)
2. Ardi Dharma Saputra (10 th)
0 comments:
Posting Komentar